MAKASSAR – Presiden terpilih Prabowo Subianto adalah sosok pemimpin yang mau mendengar, tapi tidak akan didikte. Pernyataan ini disampaikan politikus senior Partai Golkar, Idrus Marham, di Makassar pada Sabtu (7/6/2025).
Menurutnya, Prabowo sangat terbuka terhadap kritik dan masukan yang membangun, namun tetap memegang kendali penuh dalam mengambil keputusan penting terkait pemerintahan dan politik.
“Pak Prabowo bukan tipe pemimpin yang bisa didikte. Beliau sangat terbuka terhadap masukan dan kritik yang membangun, itulah esensi demokrasi yang ia jalankan,” jelas Idrus.
Idrus menambahkan, di era kepemimpinan Prabowo nanti, kran demokrasi akan dibuka lebar. Hal ini bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari implementasi nilai-nilai demokrasi yang substansial. Prabowo, katanya, selalu mengedepankan asas kekeluargaan dan kebersamaan, bahkan merangkul pihak-pihak yang sebelumnya berseberangan.
“Prabowo membuka ruang bicara dengan siapa saja. Ini cerminan kepemimpinan inklusif yang berlandaskan gotong royong dan persatuan,” tuturnya.
Pengalaman Prabowo Jadi Modal Utama
Menurut Idrus, pengalaman panjang Prabowo di dunia militer dan politik membuatnya sangat paham peta kekuatan politik. Ia tahu betul siapa yang benar-benar berjuang, siapa yang berkhianat, dan siapa yang hanya sibuk mengolah isu tanpa kontribusi nyata.
“Pak Prabowo sudah kenyang asam-garam perjuangan politik. Beliau tahu siapa yang pantas dipercaya untuk mengemban amanah, baik di pemerintahan maupun di institusi seperti TNI dan Polri,” imbuhnya.
Meski ruang demokrasi dibuka lebar, Idrus mengingatkan agar kebebasan menyampaikan kritik tidak disalahartikan sebagai kesempatan untuk mendikte kebijakan. Kritik itu penting, namun keputusan akhir tetap menjadi hak prerogatif Presiden.
“Kritik itu sehat, tapi jangan sampai berubah jadi tekanan yang mendikte. Prabowo mendengar, tapi tetap punya pertimbangan dan arah sendiri dalam memimpin,” kata Idrus.
Ia juga menegaskan bahwa demokrasi harus tetap dalam koridor hukum dan konstitusi, bukan kebebasan tanpa batas.
Idrus mengapresiasi langkah Prabowo yang sejak awal membuka dialog dengan semua kelompok, termasuk oposisi. Menurutnya, ini menunjukkan karakter kepemimpinan inklusif yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ia bahkan menyinggung peran politikus Gerindra Dasco yang aktif menjembatani dialog, dan yakin hal itu tidak mungkin terjadi tanpa restu Prabowo.
Namun, Idrus juga menyoroti adanya desakan agar Presiden Prabowo segera merombak kabinet atau mengganti Kapolri. Ia menilai hal tersebut sudah bukan lagi kritik, melainkan upaya mendikte.
“Itu bukan lagi kritik, tapi sudah masuk ranah mendikte. Saya yakin Prabowo bukan tipe pemimpin yang bisa didikte,” tegas Idrus. Ia percaya Prabowo memiliki pemahaman komprehensif terhadap peta politik nasional, sehingga semua keputusan, termasuk reshuffle, akan diambil berdasarkan evaluasi rasional dan objektif, bukan tekanan politik sesaat.
Idrus juga menekankan pentingnya menghargai komunikasi yang telah terjalin dan memastikan semua masukan diproses dengan bijak agar tidak menimbulkan konflik baru.
“Pak Prabowo membuka ruang demokrasi, tapi tetap dalam kendali hukum dan komitmen kebangsaan. Jangan sampai aspirasi dijadikan alat untuk mendikte Presiden,” tutupnya.