MAKASSAR – Ikatan Alumni (IKA) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar menyatakan dukungan penuh terhadap peran Presiden RI Prabowo Subianto untuk menjadi pemimpin dunia Islam dalam upaya mencapai perdamaian global. Dukungan ini disampaikan oleh
Ketua Umum IKA UIN Alauddin, Idrus Marham, di tengah urgensi krisis kemanusiaan di Gaza. Idrus menyoroti tragedi kemanusiaan di Gaza sebagai latar belakang utama. Data UNRWA per Oktober 2024 mencatat sekitar 42 ribu jiwa telah gugur, sementara hampir seluruh populasi Gaza (sekitar 2,1 juta jiwa) kini bergantung total pada bantuan kemanusiaan.
“Krisis ini menuntut respons tegas. Solusi dua negara tetap menjadi kerangka perdamaian utama, dan implementasinya memerlukan kepemimpinan yang berani dan otentik. Pada titik inilah Indonesia memiliki peran strategis yang tidak dapat diabaikan,” ujar Idrus.
Menurut Idrus, Indonesia memiliki keunggulan unik yang menjadikannya pemain kunci dalam diplomasi global: Populasi Muslim Terbesar: Dengan 240 juta lebih Muslim, Indonesia mewakili sekitar 11% populasi Muslim global, membawa tanggung jawab moral sebagai suara umat. Selain itu, Indonesia juga membuktikan bahwa Islam dan demokrasi dapat berjalan beriringan dan saling memperkuat, memberikan kredibilitas dalam diplomasi.
Tradisi Islam Moderat (Wasatiyyah): Menolak ekstremisme, tradisi Islam Nusantara ini menawarkan jalan tengah yang konstruktif di tengah polarisasi global. Kekuatan Masyarakat Sipil: Organisasi massa Islam seperti NU, Muhammadiyah, dan jaringan pesantren memberikan basis sosial yang kokoh bagi kebijakan luar negeri. Kemandirian Ekonomi: Memungkinkan pelaksanaan kebijakan luar negeri yang berprinsip, bebas dari kepentingan politik atau ekonomi negara lain.
Era Prabowo: Dari Simbolik ke Substantif
Idrus Marham menilai kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menandai transformasi pendekatan Indonesia dari tindakan simbolik menuju langkah substantif:Pendidikan dan Budaya: Pembukaan akses bagi mahasiswa dan akademisi Palestina untuk belajar di universitas-universitas Indonesia, membangun jembatan intelektual dan kultural. Pembangunan Institusional: Fokus pada pembangunan struktur permanen untuk diplomasi keagamaan, tidak lagi inisiatif ad-hoc yang bergantung pada momentum. Narasi Global: Narasi Wasatiyyah diposisikan sebagai alternatif global terhadap ekstremisme dan pasivitas.
“Sinergi antara kehendak politik Presiden Prabowo dengan otoritas keagamaan di Kementerian Agama menciptakan momentum luar biasa, mentransformasi peran Indonesia dari simbolik menjadi substantif,” jelasnya.
Infrastruktur Grassroots: Kekuatan “People’s Diplomacy”
Kekuatan mobilisasi akar rumput Indonesia disebut sebagai aset strategis. Dengan sekitar 315 ribu masjid dan 42 ribu pondok pesantren, Indonesia memiliki infrastruktur grassroots yang luas.
Organisasi seperti NU (sekitar 100 juta anggota) dan Muhammadiyah (sekitar 60 juta anggota) memiliki kapasitas mobilisasi yang luar biasa. Infrastruktur ini dimanfaatkan untuk membangun kesadaran, penggalangan dana, dan melatih advokasi solusi dua negara—yang disebut sebagai “People’s Diplomacy” atau diplomasi rakyat.
Pidato Bersejarah PBB: Mendukung Solusi Dua Negara
Indonesia mengambil langkah konkret dalam mendorong solusi dua negara sebagai imperatif moral, termasuk kesiapan peacekeeping dan aktivisme diplomatik di forum-forum internasional.
Dalam pidato di Sidang Umum PBB pada 23 September 2025, Presiden Prabowo Subianto menyatakan: “Saya ingin menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia untuk Solusi Dua Negara di Palestina. Kita harus mengupayakan Palestina yang merdeka, tetapi kita juga harus mengakui dan menjamin keamanan dan keselamatan Israel.”
Pernyataan ini, menurut Idrus, mencerminkan keberanian moral Indonesia: “Perdamaian sejati memerlukan pengakuan terhadap hak dan keamanan semua pihak, tanpa kebencian dan kecurigaan.”
Peran Alumni UIN: Menyiapkan Konsep dan Program
Secara khusus, Idrus Marham menyebut bahwa Alumni UIN Alauddin dan UIN seluruh Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi garda terdepan mendukung peran Indonesia.
“Tercatat telah ada 1.350 Guru Besar dan puluhan ribu Doktor yang tersebar di Nusantara,” ungkapnya.
Sebagai tindak lanjut, Idrus Marham menyatakan IKA Alauddin akan melaksanakan koordinasi lintas kampus UIN dan perguruan tinggi lainnya. Pada bulan ini, IKA mendukung penuh pelaksanaan Seminar Internasional yang diinisiasi oleh Menteri Agama, dimulai dari UIN Alauddin Makassar pada 17 November 2025.






